GENJI
MONOGATARI
A. Sejarah
Sastra klasik Jepang
memiliki karya yang sering disetarakan dengan Shakespeare, yaitu sebuah novel
abad kesebelas yang berjudul Genji Monogatari (Kisah Genji). Genji Monogatari
adalah salah satu buku tertua dan paling masyhur dalam khazanah sastra klasik
Jepang. Buku ini, yang dinobatkan Unesco sebagai novel pertama dunia, berkisah
tentang pangeran Hikaru dari klan Genji dan petualangannya di istana kerajaan,
keterlibatannya dalam serangkaian percintaan, pengkhianatan serta pengucilan
politis. Di antara buku-buku klasik Jepang, Genji Monogatari termasuk karya
yang sulit dibaca, bukan hanya lantaran panjangnya yang mencapai 750.000 kata
tetapi juga karena ditulis dalam citarasa bahasa yang kuno.
Novel ini lahir dari tangan
Murasaki Shikibu, seorang wanita yang tinggal di istana kerajaan Heian
(795-1192) di Kyoto. Dibesarkan di tengah keluarga gubernur Fujiwara, Murasaki
tumbuh sebagai anak yang pintar dan belajar lebih cepat dibanding saudara
laki-lakinya. Orangtuanya mengizinkan Murasaki mempelajari bahasa Cina yang
dipandang tidak pantas bagi perempuan di masa itu. Murasaki dapat membaca
literatur Cina yang masuk ke Jepang pada abad kesebelas dan mengasah kemampuan
menulisnya dengan latar budaya Cina. Setelah suaminya meninggal pada 1001,
keluarga kerajaan memanggil Murasaki untuk tinggal di istana lantaran bakat
menulis dan otaknya yang cemerlang. Di sinilah Murasaki mulai menulis diari
tentang kehidupan di istana yang mempengaruhi penulisan novelnya.
Pada akhir abad kedua puluh
yang lalu Genji Monogatari kembali muncul dalam daftar buku terlaris di Jepang.
Seorang pendeta dan novelis wanita dari Kyoto bernama Setouchi Jakucho mencoba
menulis ulang buku tersebut ke dalam bahasa Jepang modern dan memberi tafsiran
baru terhadap tindakan seksual tokoh-tokohnya. Terjemahan modern ini terbit
pada tahun 1999 dalam bentuk sepuluh jilid buku yang mendapat sambutan luas dan
memicu ledakan popularitas novel klasik ini di tengah masyarakat Jepang.
Yang dilakukan Setouchi
adalah penyederhanaan gaya bahasa Murasaki dan mengubah novel itu menjadi
sebuah bacaan ringan yang dapat dinikmati oleh segala lapisan usia. Genji versi
baru ini menjadi sangat populer terutama di kalangan pembaca perempuan dan
terjual lebih dari dua juta eksemplar dalam tahun pertama penerbitannya. Sebuah
drama kabuki lantas mengadaptasi kisah Genji modern versi Setouchi ini ke dalam
pertunjukan yang dipentaskan di teater Kabukiza Tokyo pada Mei 2000.
Setouchi memang bukan orang
pertama yang mengupayakan versi modern karya klasik berusia satu milenium ini.
Pelopor penyediaan terjemahan modern atas karya ini adalah Yosano Akiko
(1878-1942), seorang penyair dan esais yang terlibat dalam gerakan pembebasan
perempuan Jepang. Karya Yosano Akiko terbit dalam rentang tahun 1912 hingga
1914. Dalam abad-abad sebelumnya karya Murasaki sering dikutip dan
mendapat tempat terhormat dalam perbincangan sastra Jepang namun baru di awal
abad kedua puluh ada upaya untuk menjadikannya bacaan yang dapat dinikmati di
luar lingkaran akademis yang pekat.
Beberapa tokoh sastrawan
Jepang abad kedua puluh lain juga telah mengupayakan terjemahan modern Kisah
Genji. Penulis cerpen dan novelis Tanizaki Junichiro mengupayakan tiga versi
Genji modern pada 1938, 1949 dan 1964. Versi tahun 1938 dilarang beredar oleh
pemerintahan militer karena memuat kisah hubungan gelap Genji dengan ibu
angkatnya Fujitsubo, versi tahun 1949 mencoba menampilkan Genji dalam
tatabahasa kuno yang setia pada buku aslinya, dan versi yang terakhir tampil
dalam bahasa sastra Jepang modern.
Novelis Enchi Fumiko menulis
ulang novel tersebut pada 1971 dengan memberi deskripsi yang lebih mendetail
pada adegan-adegan percintaan dibanding yang diuraikan Murasaki. Komikus Yamato
Waki membuat versi komik dari kisah Genji dengan judul Asaki yume mishi (Impian
sesaat). Komik yang terdiri dari 13 jilid ini telah terjual sebanyak 17 juta
kopi sejak terbitnya pertama kali pada 1980 dan pernah diadaptasi ke dalam
pertunjukan drama yang dimainkan oleh opera Takarazuka Kageki. Terjemahan yang
paling serius diupayakan oleh Hashimoto Osamu pada 1995 dengan memberikan
banyak catatan kaki. Berbagai versi terjemahan modern ini masih beredar di
pasaran, namun di antara seluruhnya hasil kerja Setouchi adalah yang mendapat
sambutan paling baik dari publik pembaca Jepang dan mengantarkan karya klasik
itu ke tengah pembicaraan masyarakat awam.
Dunia di luar Jepang
mengenal Genji Monogatari melalui terjemahan Inggris yang dilakukan pertama
kali oleh Arthur Waley. Edisi Waley terdiri dari enam jilid buku yang terbit
antara tahun 1925 hingga 1933. Meski sering dikritik sebagai tidak akurat dan
terlalu memanipulasi teks aslinya, namun berdasarkan edisi Waley inilah kisah
Genji dikenal dunia dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa. Genji
dalam bahasa Jerman digarap oleh Oscar Benl pada 1966 dan dalam bahasa Perancis
oleh Rene Seiffert pada 1978-88. Novel ini juga sudah dialihkan ke bahasa
Rusia, Korea, Cina, Ceko, Italia dan Finlandia. Terjemahan bahasa Inggris yang
lengkap dan lebih hati-hati dibanding sebelumnya dilakukan lagi oleh Edward
Seidensticker pada 1976.
Pada tahun 2001 terjemahan
Inggris yang ketiga atas novel tertua dunia ini diterbitkan oleh Viking
Penguin. Hasil kerja Royall Tyler, seorang profesor bahasa dan sastra Jepang di
Australian National University, ini muncul dalam bentuk dua jilid buku dengan
ketebalan total lebih dari seribu halaman. Terjemahan ini berbeda dari dua
upaya terdahulu dalam soal kedekatannya dengan gaya asli Murasaki dan banyaknya
catatan tambahan untuk menjembatani perbedaan budaya antara pembaca dengan
dunia yang dilukiskan dalam novel tersebut. Versi Tyler ini antara lain memuat
daftar tokoh dan ringkasan plot di awal setiap bab untuk membantu seorang
pembaca pemula memasuki dunia Genji yang rumit dan berlapis-lapis.
Tentu bukan sekadar usia
tuanya yang membuat novel ini tetap dihargai. Genji Monogatari adalah sebuah
adikarya yang ditulis dengan karakter dan setting yang terasa nyata, narasi
yang deskriptif bagaikan sebuah jendela untuk menyaksikan sebuah dunia yang
luas dan utuh. Seorang ahli sastra Jepang Donald Keene menyebutnya bukan
sekadar sebagai novel tertua, tetapi juga salah satu novel terbaik dunia dan
sebuah fenomena budaya. Kehadiran terjemahan Jepang modern dari Setouchi dan
terjemahan Inggris baru dari Tyler kini mengantarkan adikarya klasik itu ke
kalangan pembaca yang lebih luas.
B. Isi
Genji monogatari adalah suatu konsepsi yang
menggabungkan sifat romantis, realis, dan dramatic dengan memasukkan banyak
lirik kedalamnya. Genji monogatari terdiri dari 54 bab . Pada bab ke 1 sampai
ke 41 berisi tentang kehidupan tokoh utama Hikaru Genji. Bab ke 42 sampai 44
berisi tentang keadaan Hikaru Genji meninggal dan masa pertumbuhan anaknya
Kaoru. Dan babak terakhir yang disebut Ujijuujoo berisi kehidupan Kaoru yang
selalu berputus asa dalam hidupnya setelah ia dewasa. Pengarang genji
monogatari adalah Murasaki shikibu. Yang setelah suaminya bernama Fujiwara
Nobutaka meninggal ia bekerja di pada isteri Ichijo Tenno. Genji monogatari
merupakan suatu karya sastra yang berhasil menggambarkan bermacam-macam aspek
kehidupan bangsawan istana pada zaman Heian. Diantaranya tentang pergantian
Tenno dan cara-cara peralihan kekuasaan diatur oleh keluarga permaisuri Tenno.
Menurut Motoori Norinaga memberi komentar bahwa genji monogatari adalah suatu
karya sastra yang berhasil dalam penyuguhan mono no aware ( membuat tergugah
dan terharu).
Comments
Post a Comment