Awal Mula Kedatangan Jepang di Jawa
Serangan atas pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat
di Pearl Harbour oleh pihak Jepang memancing berlangsungnya Perang Asia Timur
Raya. Dalam upayanya untuk membentuk imperium di Asia, Jepang mulai melancarkan
peperangan di wilayah Pasifik. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto, 1993:1)
Jepang pernah menjadi satu-satunya Negara di Asia yang
mampu menjadi negara imperialis. Dengan usaha-usaha yang dilakukannya yaitu melakukan
politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Hindia Belanda, akhirnya
memperoleh kedudukan terkemuka dalam ilmu pengetahuan, ekonomi, politik,
industri dan perdagangan.
Semenjak penyerangannya ke Pearl Harbour, gerakan
invasi militer Jepang dengan cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Asia
Tenggara merupakan wilayah yang dalam perhitungan Jepang harus diduduki
terlebih dahulu sebagai daerah yang cukup kaya, sehingga dapat dijadikan benteng
untuk mengamankan kekuasaan Jepang. (Cahyo Budi Utomo, 1995:179)
Adapun program yang dilancarkan oleh Jepang yakni
untuk membentuk persemakmuran bersama Asia Timur Raya yang kemudian mendapat
sambutan positif dari rakyat Asia dan Pasifik,
khususnya Indonesia. Oleh karena itu, kedatangan Jepang di Indonesia
tidak mendapat perlawanan bahkan disambut senang hati sebagai saudara tua yang
akan membebaskan rakyat Indonesia dari penindasan dan penjajahan bangsa Barat
khususnya Belanda.
Pendaratan Jepang ke Indonesia tidak lain adalah dalam
rangka memperoleh sumber daya manusia maupun sumber daya alam guna memenuhi
kebutuhan serta memenangkan perang melawan sekutu. Usaha penting lainnya adalah
untuk membangun kekuatan ekonomi di daerah-daerah yang didudukinya. ( P.J.
Suwarno, 1999:2-3)
Berbagai kegiatan ekonomi di Jawa diarahkan sedemikian
rupa sehingga diutamakan bisa melayani upaya perang Jepang. Produksi bahan
makanan untuk memasok pasukan militer diberi prioritas tertinggi.
Kekuatan militer dari Belanda yang lemah dengan mudah
dapat dikalahkan oleh Jepang. Tanggal 28 Februari 1942, tentara militer Jepang
mendarat di Jawa di tiga tempat yakni Banten, Indramayu, dan Rembang. (L. De
Jong/Bey, 1987-308)
Pada tanggal 1 Maret 1942, di bawah pimpinan Vince
Admiral Takahashi, bala tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa menggunakan tiga
tempat pendaratan. Pertama, di Merak, Teluk Banten. Dalam pendaratan ini
terdapat Letnan Jenderal Hitoshi Imamura beserta para Staff. Kedua, pendaratan
dilakukan di Pantai Eretan Wetan, pantai utara bagian Jawa Barat, di bawah
pimpinan Kolonel Shoji beserta satuan Angkatan Udara yang dipersiapkan untuk
menggempur Pangkalan Udara Kalijati, Subang, Jawa Barat. Ketiga, di Sragen,
Jawa Tengah, di bawah komando Brigade Sakaguchi.
Kedatangan Jepang mendapat sambutan baik dari
masyarakat pribumi setelah berhasil mengusir Belanda dari bumi Indonesia.
Setelah Belanda berhasil diusir keluar dari Indonesia, menimbulkan harapan
kemerdekaan bagi Indonesia yang sudah lama dinanti. Alasan penyambutan
kedatangan Jepang oleh masyarakat karena adanya kepercayaan tentang ramalan
Jayabaya yang masih melekat dalam diri masyarakat pribumi. Ramalan itu secara
tidak langsung mengarahkan pandangan bangsa Indonesia untuk menyambut
kedatangan “wong kuntet kuning saka lor” yang hanya akan berkuasa di Indonesia
“seumur jagung”. (Cahyo Budi Utomo,1995-182)
Setiap bangsa di muka bumi ini mempunyai sejarahnya
masing-masing. Walaupun tidak semua bangsa memiliki catatan tertulis. Bangsa
Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya
penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.
Cukup lama bangsa Indonesia dijajah oleh kolonialis Belanda. Kemudian
dilanjutkan bangsa Jepang selama 3,5 tahun yang dirasakan lebih pahit daripada
Belanda.
Bangsa Jepang menggantikan kolonialis Belanda pada
tahun 1942-1945, meninggalkan bekas luka yang menyakitkan pada hati rakyat
Indonesia. Mereka telah menyiramkan air garam pada luka lama bangsa Indonesia
yang telah digoreskan oleh kolonialis Belanda.
Sebelum menggantikan kolonialis Belanda di Indonesia,
Jepang terlebih dahulu menaklukan pasukan sekutu (Belanda, Inggris, dan
Australia) khususnya tentara KNIL (Koniklijk Netherlands Indische Leger) yang
berkuasa di Indonesia waktu itu. Pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia
(Hindia Belanda) menyerahkan kekeuasaanya tanpa syarat ke tangan Jepang pada
tanggal 8 Maret 1942. Peristiwa tersebut terjadi di rumah sejarah yang terletak
di sekitar kawasan pangkalan Angkatan Udara (AU) Kalijati, Subang, Jawa Barat.
Dengan penyerahan itu, berakhirlah masa penjajahan Belanda di Indonesia diganti
oleh kekuasaan Kemaharajaan Jepang. Rakyat Indonesia yang sama sekali tidak
dipersiapkan untuk menentukan nasibnya sendiri, oleh Belanda dilempar begitu
saja kepada kekejaman penguasa Jepang. Dengan demikian secara moril pihak
Belanda telah kehilangan haknya di Indonesia.
Pendudukan Kemaharajaan Jepang di Indonesia
berlangsung tidak begitu lama. Namun, dampaknya sangat besar dalam berbagai
aspek kehidupan rakyat Indonesia (politik, ekonomi, sosial, kebudayaan,
pendidikan, birokrasi dan mobilitasi sosial serta militer). Dampak tersebut
begitu terasa dan menyayat hati seluruh rakyat Indonesia dan semuanya tidak
akan pernah terlupakan meskipun terjadi di masa lampau.
Dalam menjalankan kolonialisasinya, Jepang dipandang
merata, Karena (seperti halnya Belanda) dapat menguasai hampir seluruh daerah-daerah
yang ada di Indonesia (Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, Kalimantan, Nusa
tenggara dan Maluku). Hal ini terbukti dengan dibaginya Indonesia ke dalam tiga
pemerintahan militer. (Hendri F. Isnaeni & Apid, 2008:4-5)
Comments
Post a Comment